Fasilitas Museum Sangiran



1. Gapura Masuk Musem & Loket Masuk
Di sini Gapura Masuk berfungsi sebagai suatu tanda bagi wisatawan maupun masyarakat awam, bahwa kawasan tersebut adalah suatu kawasan musem Sangiran, selain itu loket masuk berfungsi sebagai suatu divisi penjualan tiket bagi wiasatawan yang ingin berkunjung ke museum Sangiran.
Jam Kunjungan:
Selasa-Minggu 09.00-16.30
Tiket:
Wisatawan domestik Rp 3.000,00
Wisatawan asing Rp 7.500,00
Harga tiket dan jam kerja ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah No.11 tahun 2001.
2. Kawasan Parkir
3. Ruang Pameran 1
Di sini adalah suatu ruang yang berisi koleksi-koleksi fosil manusia purba, sampai suatu gambaran tentang kehidupan manusia purba. Selain itu di Ruang pameran 1 ini terdapat gambar proses evolusi mahluk sel tunggal-manusia, evolusi manusi, fosil crocodillus sp, chelonia sp, hippopotammu sp, stegodon trigonochepalus, cervus hippelapus, bibospalaesondaicus, rhinocerus sondaicus, susbrachygnathus dobois, bola batu.

4. Ruang Pameran 2
Di ruang pameran yang ke-2 ini juga terdapat fosil-fosil purba, dan juga yang cukup menarik adalah perkembangan manusia dengan gambaran tengkorak-tengkorak manusia, antara lain : a. Australpithecus Africanus b. Pithecantropus Modjokertoensis c. Homo Erectus d. Homo erectus/pithecantropus viii e. Homo Soloensis f. Homo Neaderthal Asia g. Homo Neaderthal Eropa h. Homo Sapiens i. Homo Sapiens Sapien
5. Toilet

6. Audio Visual
Ruang audio visula ini, masih baru dan baru selesai dibangun, sehingga belum bisa beroperasi.
7. Mess Peniliti
8. Ruang Pameran Utama
9. Gardu Pandang Sangiran
Untuk meningkatkan pelayanan kepada para wisatawan, di Kawasan Sangiran telah dibangun Menara Pandang dan Wisma Sangiran.


Para wisatawan bisa menikmati keindahan dan keasrian panorama di sekitar Kawasan Sangiran dari ketinggian lewat Menara Pandang Sangiran.
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan akan tempat penginapan yang nyaman di Kawasan Sangiran telah dibangun Wisma Sangiran ( Guest House Sangiran) yang terletak di sebelah Menara Pandang Sangiran. Wisma Sangiran ini berbentuk joglo (rumah adat Jawa Tengah) dengan ornamen-ornamen khas Jawa yang dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby . Keberadaan Wisma Sangiran ini sangat menunjang kegiatan yang dilakukan oleh para tamu atau wisatawan khususnya bagi mereka yang melakukan penelitian ( research ) tentang keberadaan fosil di Kawasan Sangiran. Wisma Sangiran memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai, antara lain : Deluxe Room , sebanyak dua kamar dilengkapi dengan double bed , bath tub dan shower , washtafe l, meja rias dan rak ; Standard Room , sebanyak tiga kamar dilengkapi dengan double bed , bak mandi, washtafel , dan meja rias; Ruang Keluarga yang dilengkapi dengan meja dan kursi makan serta kitchen set ; Pendopo ( Lobby ) yang dilengkapi dengan meja dan kursi ; serta tempat parkir. Selain fasilitas-fasilitas tersebut, juga disediakan mobil (mini train ) untuk memudahkan mobilitas para wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Sangiran.
10. Kios-Kios Penjual Cinderamata





Sedangkan untuk manajamen Museum Sangiran ini ada 2, yaitu untuk pelestarian situs adalah dari BPSMPS (Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran), sedangkan untuk bagian pariwisata Purba Sangirannya adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen.
CARA MENCAPAI SANGIRAN
Dengan Pesawat
Dari Bandara Adi Sumarmo (Solo), ambil jalan darat menuju ke Museum Sangiran.

Jalan Darat
• Dari Solo > Kalijambe > Sangiran ( ± 20 km ke arah utara)
• Dari Semarang > Purwodadi > Kalijambe â Sangiran
• Dari Surabaya > Sragen > Kalijambe â Sangiran
• Dari Yogyakarta > Solo > Kalijambe â Sangiran

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sejarah Kawasan Wisata Sangiran


Berdasarkan penelitian Sangiran awalnya adalah sebuah bukit yang dikenal dengan sebutan ”Kubah Sangiran”. Kubah itu kemudian tererosi pada bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi. Pada depresi itulah, tersingkap lapisan-lapisan tanah secara alamiah. Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi Daratan. Hal tersebut dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya. Misalnya, Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.
Penelitian tentang manusia purba dan binatang purba diawali oleh G.H.R.Von Koenigswald, seorang ahli paleoanthologi dari Jerman yang bekerja pada pemerintah Belanda di Bandung pada tahun 1930-an. Beliau adalah orang yang telah berjasa melatih masyarakat Sangiran untuk mengenali fosil dan cara yang benar untuk memperlakukan fosil yang ditemukan. Hasil penelitian kemudian dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Totomarsono, sampai tahun 1975.
Pada waktu itu banyak wisatawan yang datang berkunjung ke tempat tersebut, maka muncullah ide untuk membangun sebuah museum. Pada awalnya Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.000 m2 yang terletak di samping Balai Desa Krikilan. Sebuah museum yang representatif baru dibangun pada tahun 1980 karena mengingat semakin banyaknya fosil yang ditemukan dan sekaligus untuk melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat wisata yang nyaman. Bangunan tersebut seluas 16.675 m2 dengan ruangan museum seluas 750 m2.
Bangunan tersebut bergaya joglo dan terdiri dari ruang pameran, aula, laboratorium, perpustakaan, ruang audio visual (tempat pemutaran film tentang kehidupan manusia prasejarah), gudang penyimpanan, mushola, toilet, area parkir, dan kios souvenir (khususnya menjual handicraft ‘batu indah bertuah’ yang bahan bakunya didapat dari Kali Cemoro).
Di Museum Sangiran terus dilakukan pembenahan dan penambahan bangunan maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas keberadaannya sebagai warisan dunia yang memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Museum Sangiran sekarang telah berevolusi menjadi sebuah museum yang megah dengan arsitektur modern.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Profil Kawasan Wisata Sangiran


  1. Gambaran Umum Museum Sangiran

Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, Kabupaten Sragen adalah pintu gerbang memasuki Jawa Tengah dari arah timur. Kabupaten Sragen juga sering disebut sebagai “Tlatah Sukowati” yang mempunyai wilayah seluas 941,55 KM 2 , dengan topografi sebagai berikut: di tengah-tengah wilayah mengalir Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa; daerah sebelah selatan merupakan bagian dari lereng Gunung Lawu; sebelah utara merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng; dan sebelah barat merupakan kawasan yang sangat terkenal dengan sebutan “Kubah Sangiran”.

Salah satu objek wisata menarik di Kabupaten Sragen adalah Museum Sangiran yang berada di dalam kawasan Kubah Sangiran. Kubah tersebut terletak di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo).Kehadiran Sangiran merupakan contoh gambaran kehidupan manusia masa lampau karena situs ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap di Jawa. Luasnya mencapai 56 km2 yang meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh, serta satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Gondangrejo.Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoanthropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan.

Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran stratigrafinya.Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah inilah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah yang terbentuk tampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain. Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi, Bandung, dan Laboratorium Paleoanthropologi, Yogyakarta.

Terletak di desa Krikilan,Kec. Kalijambe ( + 40 km dari Sragen atau + 17 km dari Solo) Sangiran Dome menyimpan puluhan ribu fosil dari jaan pleistocen ( + 2 juta tahun lalu). Fosil-fosil purba ini merupakan 65 % fosil hominid purba di Indonesia dan 50 % di seluruh dunia. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanyadisimpandigudangpenyimpanan.Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.Berdasarkan hal tersebut, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS